ESSAY MASA LALU MASA DEPAN - ADITA JINGGA DWI OCTAVIA
Namaku Adita Jingga Dwi Octavia, aku adalah calon mahasiswa baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Sebelum sampai di tahap ini, banyak perjalanan yang harus aku lalui di masa lalu. Tanpa masa lalu, pastinya tidak akan ada Jingga yang sekarang. Yang namanya perjalanan pasti tidak selalu mulus, ada suka maupun dukanya.
Aku pernah berada di
masa sangat malas belajar dan kurang semangat untuk sekolah. Saat itu, aku
sangat malas belajar karena ujungnya pasti akan sama saja—aku tidak akan
memahami materi yang aku pelajari. Ketika naik ke kelas 4, kelasku mendapatkan
wali kelas yang sangat baik, yaitu Pak Fuad. Beliau dengan sabar mengajari
kami, dari yang awalnya tidak mengerti apa-apa, hingga perlahan kami mulai
memahami materi yang beliau jelaskan. Cara mengajar beliau sangat menyenangkan,
sehingga kami tidak bosan untuk menyimak dan memahami materi yang sedang beliau
jelaskan. Pada saat itu juga, terjadi titik balik dalam diriku untuk lebih giat
belajar.
Bagiku, masa lalu yang
sulit bukanlah untuk diingat bahkan dikenang, namun harus kita jadikan
pelajaran untuk ke depannya agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Untuk
apa mengingat hal-hal yang kurang baik di masa lalu? Yang ada, kita hanya akan
menyesalinya. Semua sudah tidak dapat dihindari, masa lalu tidak dapat diulang,
dan kita tidak dapat memperbaiki masa lalu. Seperti saat kita mengingat
kejadian di masa lalu, "Andai waktu kecil aku rajin belajar," tidak
ada gunanya berandai-andai seperti itu, semua sudah berlalu. Kita hanya bisa
memperbaiki masa depan kita agar dapat menggapai cita – cita yang kita impikan.
Penyesalan di masa
lalu akan mendorong kita menjadi pribadi yang lebih baik. Kita semua pernah
melakukan kesalahan, dan kita pasti tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama
berulang kali. Kita harus melakukan introspeksi diri. Setelah SMP, aku mulai
belajar mengikuti ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Aku mengikuti Paduan
Suara dan Paskibraka. Di sinilah awal aku belajar bersosialisasi dan belajar
untuk lebih bertanggung jawab. Di dalam Paskibraka, aku belajar banyak hal. Aku
belajar tentang kerja sama tim, karena di dalam Paskibraka, kita harus
mengikuti satu komando, yaitu Komandan Kompi. Semua anggota harus selaras
mengikuti arahan Komandan Kompi. Gerakan baris-berbaris harus dilakukan dengan
rapi dan kompak. Tak hanya itu, aku juga belajar untuk lebih disiplin dan
bertanggung jawab. Kita tidak boleh egois dan mementingkan diri sendiri.
Masa-masa SMP adalah
masa di mana aku belajar banyak hal. Yang awalnya masih kekanak-kanakan, aku
belajar untuk lebih dewasa dan tidak egois. Masa SMP berlalu begitu cepat, tak
terasa hari kelulusan tiba. Aku harus berpisah dengan teman dan sahabatku. Sudah
pasti aku sangat sedih waktu itu, namun, aku belajar bahwa setiap pertemuan
akan ada perpisahan. Tak peduli siapa mereka, semua akan berpisah. Yang awalnya
kita dapat bermain Bersama, bercanda gurau bersama, namun akan ada kalanya kita
akan mendoakan mereka bersama-sama. Sedih, namun itulah namanya hidup. Kita
tidak dapat memaksakan semua yang kita mau. Roda akan selalu berputar. Ada
kalanya kita di atas, saat kita bisa bahagia menikmati kehidupan. Ada kalanya
juga kita berada di bawah, saat semua cobaan dan tantangan datang kepada kita.
Namun, semua pasti berlalu. Kita hanya harus terus berjuang untuk dapat meraih
keinginan kita.
Memasuki masa SMA, aku
mulai bertemu teman-teman baru. Awalnya, aku tidak mengenal mereka, namun
seiring waktu, mereka menjadi sahabatku yang selalu ada di setiap suka dan
duka. Itulah yang namanya sahabat—saling melengkapi, saling menemani, dan
saling menasihati. Bayangkan, yang awalnya kita tidak saling mengenal, hingga
akhirnya menjadi seorang sahabat. Pasti banyak perjalanan yang telah kita lalui
bersama. Ada kalanya kita tidak sependapat, sehingga terjadi perpecahan di
antara kita. Namun, yang namanya sahabat, sebesar apa pun masalahnya, kita
tidak akan bisa dipisahkan. Satu hari kita mungkin bertengkar, tetapi besoknya
pasti akan baikan lagi. Tanpa mereka, masa SMA-ku pasti akan sangat hampa.
Di masa SMA ini juga,
aku mulai mengeksplorasi minat dan bakatku di bidang modeling. Pada saat SMA,
aku mulai fokus dengan dunia modeling. Aku mulai diajak Mama untuk berbagai
event, kebetulan Mama juga berkecimpung di dunia makeup artist. Oleh karena itu,
Mama sering mengajakku untuk menjadi model untuk MUA-nya. Aku sangat nyaman di
bidang ini, karena aku bisa bertemu dengan orang-orang baru, mendapatkan banyak
ilmu yang bermanfaat dari mereka, serta mengenali dan mempelajari karakter
orang-orang yang aku temui. Itu yang membuat aku dapat cepat beradaptasi dengan
lingkungan baru.
Namun, pada saat kelas
3, aku mulai meninggalkan semua hobiku karena ingin fokus belajar untuk tes
SNBT. Aku mengikuti bimbel di sekolah dan belajar melalui buku tes SNBT. Aku
sangat berambisi untuk mendaftar di perguruan tinggi negeri yang aku impikan.
Namun, takdir berkata lain semua mimpi itu berubah saat aku tidak diterima oleh
kampus impianku. Sejak saat itu, aku merasa menjadi anak yang gagal
membanggakan orang tua. Aku merasa hanya menghabiskan harta orang tua tanpa
bisa membanggakan mereka.
Namun, semangatku
mulai tumbuh dan aku mulai bangkit di atas kegagalanku karena dukungan keluarga
dan teman dekat. Aku mulai berpikir bahwa walaupun tidak diterima di perguruan
tinggi negeri yang aku impikan, bukan berarti kesuksesan itu akan berhenti di
situ. Banyak juga orang sukses yang lulus dari perguruan tinggi swasta. Dari
situ, aku juga berpikir bahwa kesuksesan tidak membedakan status perguruan
tinggi, namun kesuksesan berasal dari diri kita sendiri. Di mana kita dapat
membangun relasi yang nantinya akan menjadi bekal kita di masa depan, sehingga
kita dapat mudah mendapatkan pekerjaan dan mewujudkan cita-citaku.
Sejak kecil, aku
sangat ingin menjadi perawat. Waktu aku sedang di rumah sakit, aku tidak
sengaja melihat pasien yang baru saja pulang dari rawat inap. Para keluarga
menjemput dan menunggu orang yang mereka sayangi keluar dari rumah sakit dengan
keadaan sehat. Mereka sangat bahagia melihat pasien tersebut pulang dari rumah
sakit. Sejak saat itu, aku ingin menjadi bagian dari kebahagiaan mereka. Aku
ingin merawat para pasien agar dapat kembali pulang dengan bahagia. Oleh karena
itu, aku memilih prodi S1 Keperawatan.
Dari perjalanan masa
laluku hingga sekarang, aku belajar banyak hal yang harus dilakukan. Oleh
karena itu, aku ingin mengabdi kepada masyarakat dengan cara menjadi perawat
yang akan merawat mereka dengan sepenuh hati. Sekarang, kita hanya harus
melihat masa depan. Masa depan yang harus kita susun pelan-pelan seperti
pepatah, "Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit," yang artinya
semua orang harus sabar dengan proses yang sedang terjadi. Kita harus
introspeksi dari semua kesalahan kita di masa lalu. Jadikanlah itu sebuah
pelajaran yang berharga, sehingga di masa depan kita tidak mengulangi kesalahan
yang sama, namun kita akan bangkit dari semua itu dan akan berusaha melakukan
yang terbaik.
Terima Kasih ~
Tentang UNUSA :
Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Komentar
Posting Komentar